IBM Akan Mengganti 7.800 Pekerjaan dengan Kecerdasan Buatan

Dalam sebuah langkah yang disambut dengan kegembiraan dan kekhawatiran, IBM telah mengumumkan rencana untuk mengganti hingga 7.800 pekerjaan manusia dengan kecerdasan buatan (AI) selama lima tahun ke depan. CEO perusahaan, Arvind Krishna, mengatakan bahwa keputusan tersebut dibuat untuk “tetap menjadi yang terdepan” dan “memastikan bahwa kami menggunakan teknologi terbaru untuk memberikan pengalaman terbaik bagi klien kami.”
Krishna melanjutkan dengan mengatakan bahwa AI telah memberikan dampak besar terhadap cara IBM menjalankan bisnis dan perusahaan berharap dapat memperoleh lebih banyak manfaat di tahun-tahun mendatang. “AI membantu kita mengotomatiskan tugas, meningkatkan efisiensi, dan membuat keputusan yang lebih baik,” katanya. “Hal ini juga membantu kami menciptakan produk dan layanan baru yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya.”
Meskipun komentar Krishna tentu saja positif, komentar tersebut juga menyoroti potensi tantangan yang ditimbulkan oleh AI terhadap angkatan kerja. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan bahwa hingga 800 juta pekerjaan akan hilang akibat otomatisasi pada tahun 2030. Meskipun sebagian dari pekerjaan ini akan digantikan oleh pekerjaan baru, banyak pekerja yang perlu menjalani pelatihan ulang agar tetap menjadi yang terdepan.
IBM bukan satu-satunya perusahaan yang menggunakan AI. Faktanya, studi terbaru yang dilakukan McKinsey & Company menemukan bahwa 80% perusahaan terbesar di dunia sudah menggunakan AI dalam kapasitas tertentu. Seiring dengan terus berkembangnya AI, kemungkinan besar semakin banyak perusahaan yang akan mengikuti jejak IBM dan mengotomatisasi tenaga kerja mereka.
Tren ini berpotensi memberikan dampak besar terhadap perekonomian global. Meskipun sebagian pekerja akan mendapat manfaat dari peluang baru yang diciptakan AI, sebagian pekerja lainnya akan terlantar. Penting untuk memastikan bahwa pemerintah dan dunia usaha mengambil langkah-langkah untuk memitigasi dampak negatif AI terhadap tenaga kerja dan memastikan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan untuk mendapatkan manfaat dari teknologi ini.
Selain potensi kehilangan pekerjaan, ada juga kekhawatiran mengenai implikasi etis dari AI. Misalnya, beberapa ahli khawatir bahwa AI dapat digunakan untuk menciptakan sistem senjata otonom yang dapat membunuh tanpa campur tangan manusia. Pihak lain khawatir bahwa AI dapat digunakan untuk menciptakan sistem yang mendiskriminasi kelompok orang tertentu.
Penting untuk mengatasi permasalahan ini secara langsung. Pemerintah dan dunia usaha perlu mengembangkan pedoman etika untuk pengembangan dan penggunaan AI. Pedoman ini harus memastikan bahwa AI digunakan untuk kebaikan dan bukan untuk merugikan.
Munculnya AI merupakan perkembangan teknologi besar yang berpotensi mengubah dunia. Penting untuk memanfaatkan teknologi ini dan menggunakannya untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua orang.
Responses